DPRD Desak Pemkot Bekasi Perbaiki SMP 62 yang Rusak

BEKASI,

DPRD Kota Bekasi mengekspresikan kekecewaan dan rasa prihatin terhadap kondisi gedung yang digunakan sebagai Unit Sekolah Baru (USB) SMP 62 di Kelurahan Medan Satria. Gedung ini sebenarnya merupakan bekas bangunan Kelurahan Medan Satria yang kini dipakai sebagai tempat pendidikan.

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Bekasi, Wildan Fathurrahman, menyampaikan bahwa kunjungan ke lokasi tersebut dilakukan untuk melihat langsung kondisi sekolah yang dinilai sangat memprihatinkan. Ia mengatakan bahwa situasi ini tidak layak bagi siswa-siswi yang sedang menjalani proses belajar mengajar.

“Hari ini kami bersilaturahmi di lokasi sekolah SMP 62 di Kelurahan Medan Satria. Yang pertama kali ingin kami sampaikan adalah keprihatinan dan kekecewaan atas kondisi sekolah yang jauh dari kata layak,” ujar Wildan saat berada di lokasi, Kamis (9/10/2025).

Menurutnya, keadaan sekolah tersebut bahkan viral di media sosial karena beberapa siswa belajar sambil duduk lesehan. Hal ini menunjukkan betapa buruknya kondisi bangunan yang digunakan.

“Kondisi seperti ini tentu sangat memprihatinkan. Kami harap Pemkot Bekasi segera mengambil langkah darurat agar bisa membuat bangunan yang lebih layak,” tambahnya.

Wildan juga menyoroti anggaran pendidikan yang dialokasikan oleh Pemerintah Kota Bekasi mencapai Rp 1,8 triliun. Menurutnya, anggaran yang besar ini seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan kualitas fasilitas pendidikan.

“Kami akan terus mendesak Pemkot Bekasi, Dinas Pendidikan, dan dinas terkait untuk segera mengambil tindakan darurat agar kondisi sekolah dapat segera diperbaiki,” tegasnya.

Sebelumnya, salah satu siswi kelas 9B, Nur Abidah (15), mengungkapkan ketidaknyamanannya dalam belajar di lingkungan sekolah yang tidak layak. Ia telah belajar di gedung tersebut sejak awal masuk sekolah pada 2023.

“Pernah atap roboh saat kami sedang belajar. Awalnya kondisi bangunan tidak begitu buruk, tapi tiba-tiba roboh tanpa ada pemberitahuan,” ujar Nur saat ditemui di lokasi, Rabu (8/10/2025).

Selain atap yang roboh, ia juga mengeluhkan kebocoran saat hujan datang.

“Setiap hujan pasti bocor. Kami harus membersihkan lantai dengan menggunakan kain pel, lalu memerasnya setelah itu,” katanya.

Ia juga menyebutkan bahwa ruang kelas memiliki kondisi yang kumuh. Beberapa kursi rusak dan tidak bisa digunakan, sementara atap memiliki keropos dan banyak bolong-bolong.

“Atap juga sudah mulai keropos. Di bagian atas banyak yang bolong-bolong, jadi sering terasa dingin dan tidak nyaman,” tambah Nur.

Siswa-siswi lainnya juga mengeluhkan kondisi yang sama. Mereka merasa kurang nyaman dalam belajar karena kondisi bangunan yang tidak memadai.

Perlu segera diambil tindakan darurat agar siswa-siswi bisa belajar dalam lingkungan yang aman dan nyaman. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada kenyamanan belajar, tetapi juga pada kualitas pendidikan secara keseluruhan.