
Rencana Pembangunan Ponpes Al Khoziny Pakai APBN, Dasco: Belum Ada Keputusan
Wacana Pembangunan Ponpes Al Khoziny dengan APBN Belum Final
Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menyatakan bahwa wacana pembangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) belum mencapai kesimpulan akhir. Ia menegaskan bahwa saat ini, DPR masih dalam proses meminta Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar untuk memperhatikan bangunan pesantren yang sudah berdiri sejak lama.
Ponpes Al Khoziny sendiri diketahui dibangun pada tahun 1920. Tujuan dari langkah ini adalah agar insiden ambruknya musala Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur tidak terulang kembali. Dasco menjelaskan bahwa bangunan pesantren-pesantren yang sudah tua perlu dukungan dari pemerintah untuk mencegah hal-hal yang bisa mengancam keselamatan.
Selain itu, Dasco juga menyebutkan bahwa status tanah yang digunakan oleh Ponpes Al Khoziny merupakan urusan pihak kepolisian. Hal ini menunjukkan bahwa masalah hukum dan kepemilikan lahan menjadi bagian penting dalam proses pembangunan nantinya.
Rencana Pembangunan Ulang oleh Menteri PU
Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo sempat mengungkapkan rencana untuk membangun ulang bangunan Ponpes Al Khoziny yang ambruk. Menurut Dody, biaya pembangunan gedung tersebut akan menggunakan APBN. Meski begitu, ia tetap membuka kemungkinan adanya bantuan dari pihak swasta.
“Kalau soal anggaran, insyaallah cukup lah, insyaallah cuman dari APBN. Tapi, tidak menutup kemungkinan juga ada bantuan dari swasta. Cuma, sementara waktu dari APBN,” ujarnya.
Dody menjelaskan bahwa anggaran pembangunan pondok pesantren masuk ke Kementerian Agama (Kemenag). Namun, karena sifatnya mendesak, Kementerian PU turun tangan dan ikut serta dalam proses pembangunan.
Kronologi Gedung Ponpes Al Khoziny Ambruk
Untuk diketahui, musala empat lantai di Ponpes Al Khoziny yang berlokasi di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur ambruk pada Senin (29/9/2025) pukul 15.00 WIB. Saat kejadian terjadi, ratusan santri sedang melakukan ibadah shalat ashar berjemaah di musala tersebut.
Namun, saat rakaat kedua, bangunan tiba-tiba roboh. Banyak santri terjebak di dalam reruntuhan. Dibutuhkan waktu selama sepekan untuk melakukan evakuasi ratusan santri yang terjebak di puing-puing bangunan.
Pencarian berlangsung dramatis karena tubuh para santri tertindih material. Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii mengatakan, dari 171 santri yang terjebak, 104 orang di antaranya dinyatakan selamat dan 67 meninggal dunia.
“Tim penyelamat gabungan berhasil mengevakuasi 171 korban, dengan korban selamat 104 orang, sementara 67 korban dinyatakan meninggal dunia dengan delapan di antaranya merupakan bagian tubuh korban yang tidak lengkap,” kata Syafi.
Dengan ditemukannya seluruh korban, pencarian dan penyelamatan dinyatakan selesai. Insiden ini menjadi peringatan bagi pemerintah dan masyarakat tentang pentingnya memastikan keamanan bangunan-bangunan lama, terutama yang digunakan sebagai tempat ibadah dan pendidikan.
Leave a Comment